Sebelum LEAN SIX SIGMA

Pada tahun 70-an Industri Tekstil menjadi primadona negeri sebagai penghasil devisa setelah Industri Pertambangan. Hulu dari industri tekstil adalah pembuatan benang (Spinning Process).

Diawal dekade ini ada sekitar 5 perusahaan benang sintetis berdiri dengan modal dari Jepang yang peresmiannya oleh presiden kala itu secara bersamaan. Salah satunya adalah tempat saya mulai bekerja, direkrut pada februari 1979.

Pabrik ini memproses ‘polyamide chip’ menjadi benang filament. Filament adalah serat benang sintetis yang amat panjang tidak pernah putus, kecuali karena suatu sebab atau memang sengaja diputus oleh sebab tempat gulungan sudah maksimal penuh.

Polyamide dilelehkan sampai kemudian hasilnya menjadi benang yang digulung pada bobbin. Secara awam benang ini disebut benang setengah jadi (secara teknik disebut POY / Partially Oriented Yarn) atau Undrawn Yarn dengan tingkat mulur sekitar 400%.

POY kemudian disimpan selama 18-24 jam di ruangan dengan temperatur dan RH terkendali, tujuannya adalah untuk mengendalikan moisture content benang.

Setelah itu POY diproses di Mesin Draw Twister atau di Mesin Texturize, dimana POY ditarik dan dipintir (twist) atau disemprot udara bertekanan amat tinggi sehingga menjadi lebih kuat dan bulky dengan tingkat kemuluran sekitar 30%. Hasilnya berupa gulungan benang pada bobbin. Hasil benang inilah kemudian dikirim ke pabrik pembuatan kain pertenunan (weaving) maupun perajutan (knitting).

Untuk memantau (monitor) dan mengendalikan (control) proses produsi dilakukan secara bertingkat mulai dari indicator, control dan terakhir adalah alarm. Misalnya untuk temperature ada alat berskala dengan jarum penunjuk. Jika fungsinya untuk memantau maka alat disebut TI (temperatur indicator). Jika untuk mencegah keluar dari batas spesifikasi dan alarm maka alat disebut TICA (temperatur indicator control alarm). Begitu pula untuk yang lain seperti tekanan, ada PI dan PICA. Selain itu juga ada yang dilengkapi dengan recorder pada kertas grafik.

Disamping teknik diatas, untuk monitor, control dan alarm juga dilakukan secara manual pakai alat ukur yang dikerjakan oleh pekerja kemudian dicatat dan dianalisa.

Untuk memastikan bahwa produk sudah sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan maka  dilakukan pengujian laboratorium, ini hanya pada awal produksi saja. Selanjutnya selama proses produksi, pengujian hanya dilakukan untuk sejumlah kecil sampel saja sekedar untuk keperluan administrative.

Pola pikir yang ditanamkan oleh manajemen adalah proses yang baik pasti menghasilkan produk yang baik, jadi tidak diperlukan uji laboratorium lagi, maka fokusnya adalah proses.

Kegiatan analisa berbasis data yang digunakan perusahaan ini adalah SPC (Statistical Process Control). Teknik ini menjadi pengetahuan wajib bagi tingkat supervisor keatas.

Analisa data hanya sebatas rata-rata dan standard deviasi serta ditampilkan berupa grafis misalnya histogram dan control chart. Untuk problem solving dalam hal mencari akar masalah digunakan teknik analisa sebab-akibat.

Kini dunia industri mengenal banyak metode untuk improvement seperti Lean yang focus pada aliran proses produksi menggunakan VSM (Value Stream Mapping) dengan berbagai indeks dan indikatornya, dan waste (8 Waste Type). Ada pula Six Sigma dengan phase DMAIC dengan metode terstruktur dan banyak teknik statistic.

Walau di tahun 70-an itu belum ada Lean dan Six Sigma, tapi perusahaan sudah melakukan apa yang ada dalam kemasan Lean dan Six Sigma tersebut. Misal, aliran proses dijaga dengan baik (Lean). Dan kegiatan mengeliminir semua waste. Bahkan waste nomor 8 yaitu tidak mendorong talenta karyawan, terbukti waktu itu secara regular ada pelatihan untuk semua tingkat mulai operator sampai manager. Bahkan operatorpun diberi kesempatan belajar keluar negeri.

Kini, industri tekstil negeri sedang sesak nafas bahkan beberapa bangkrut. Tentu ada sebabnya, ada penyebab eksternal dan internal. Kalau diperdebatkan pasti butuh waktu panjang.

Karena itu janganlah pula industri lain merana pula seperti tekstil, maka lakukanlah pembenahan dimulai dari internal, eliminir semua pemborosan/waste, kerjakan hanya yang bernilai tambah saja. Metodenya boleh apa saja sesuai kebutuhan, kalau SPC dianggap cukup ya silahkan. Mau QCC, Lean, Six Sigma atau Lean Six Sigma ya gak masalah…yang penting serius, konsisten dan menyeluruh.



Penutup.
Fokus utama adalah proses, bukan produk.
Metode apapun yang dipilih, lakukan dengan sungguh-sungguh, konsisten dan menyeluruh.

Sekian.


Salam.
***