LEAN MANUFACTURING

Dengan latar pendidikan tinggi teknik industri tekstil saya berkesempatan bekerja dan berkunjung ke beberapa industri pembuatan benang sintetis polyamide (nylon 6 dan nylon 66), polyester dan polypropylene di dalam negeri, maupun Jepang dan Jerman.

Prosesnya adalah bahan baku yang berbentuk butiran/granular/chips dilelehkan kemudian digulung pada bobbin, hasilnya disebut  UDY (Un Drawn Yarn) atau POY (Partially Oriented Yarn). Kemudian UDY/POY diproses untuk menjadi benang yang disebut FOY (Fully Oriented Yarn). 

Untuk mencapai kualitas yang diinginkan konsumen, proses di manufaktur satu berbeda dengan manufaktur lainnya, ada yang focus utamanya pada PROSES ada yang lebih focus pada PRODUK.

Untuk yang fokusnya pada proses, terhadap hasil akhir yaitu FOY langsung dikemas kedalam boks karton untuk dijual. Pemeriksaan kualitas dilakukan hanya pada saat-saat awal produksi saja, selanjutnya proses dikendalikan (control) dan dipantau (monitor) menggunakan teknik SPC.

Untuk yang focus pada produk, setiap gulungan FOY sebelum dikemas dirajut dulu berupa kain stoking dengan tujuan memastikan kualitas barulah kemudian dikemas.

Biasanya banyak cacat dan waste ditemukan pada manufaktur yang fokusnya pada produk.

Pada umumnya saya lihat industri benang sintetis menerapkan fokus pada proses termasuk di Jepang dan Jerman, tidak ada proses rajut stoking, FOY langsung saja dikemas.

Manufaktur yang pertama menerapkan apa yang disebut LEAN MANUFACTURING, yang ke-dua tidak lean. Manufaktur yang kedua walaupun tujuannya untuk kualitas, tetapi proses merajut tersebut menyita banyak sumber daya seperti waktu, tempat dan operator sehingga butuh biaya besar serta berakibat terlambat penyerahan ke konsumen.


Bagi industri apapun yang BELUM/TIDAK LEAN bisa diupayakan menjadi LEAN dengan cara menerapkan method tertentu, ada banyak pilihan untuk itu, saya lebih menyarankan pilihlah Lean Six Sigma Method.

Keputusan ada ditangan Anda.

Salam.

***mbm